Di hari-hari kita berdua sama-sama menghilang. Entah karena ada yang menghalang atau memang sengaja mundur perlahan. Pada titik yang tidak pernah kita perkirakan, hingga sama-sama kelimpungan dan ingin menjinakkan perasaan yang tidak seharusnya bertumbuh itu. Kita kemudian menciptakan percakapan yang tidak pernah ada. Anehnya, percakapan yang tidak pernah ada itu membawa kita sampai sejauh ini.
Mungkin, pecakapan tersebut perlahan-lahan menjelma menjadi doa-doa baik yang berterbangan di atas awan yang meneduhkan jalan kita. Mungkin saja ….
Sebab, meski kita sama-sama jalan sendirian. Masih selalu ada rasa syukur atas pertemuan dan perasaan yang tidak direncanakan tersebut.
Ini cerita yang paling aneh. Namun, sepertinya kita tidak perlu memperdulikan bagaimana cerita ini terjalin. Tetapi, bagaimana jiwa kita jadi sama-sama bertumbuh.
Sungguh, ini pertemuan jiwa yang sangat indah.
Terima kasih semesta, telah memberiku kesempatan merasakan sesuatu yang lebih dari sekedar jatuh cinta. Ketika, sebelumnya. Harapanku sebatas, ingin tahu apa itu jatuh cinta. Dan aku telah belajar banyak hal dari solo trip ini tentang mengenal berbagai cinta, hingga menuju kepada unconditional love.
Semoga kita terus menjadi jiwa yang bertumbuh dan dapat menjalankan cerita-cerita kehidupan ini dengan baik.
“Pada hidup yang terlampau pendek, semoga kita mencintai dengan berani.” — theoresiarumthe